Rabu, 15 April 2020

HATI-HATI HILANG KEBERKAHAN ILMU KARENA ETIKA WALI MURID

Sebuah kisah insfiratif di zaman Syekh Abdul Qadir Al-Jailani

Ada seorang yang busuk hatinya ingin memfitnah Syekh Abdul Qadir Al-Jailani. Lalu ia berupaya mencari jalan untuk memfitnahnya. Maka ia membuat lubang di dinding rumah Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dan mengintipnya. Kebetulan ketika ia mengintip Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, ia melihat Syekh Abdul Qadir Al-Jailani sedang makan dengan muridnya. Syekh Abdul Qadir Al-Jailani suka makan ayam, dan setiap kali Syekh Abdul Qadir Al-Jailani makan ayam dan makanan yang lain, ia akan makan separuh saja. Lebihan makanan tersebut akan diberi kepada muridnya. Maka orang tadi pergi kepada bapak dari murid Syekh Abdul Qadir Al-Jailani.
"Bapak punya anak yang namanya ini?"
"Jawab si bapak: ya ada.
"Apakah benar anak bapak belajar dengan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani?"
"Jawa si bapak: ya"
"Bapak tahu, anak bapak diperlakukan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani seperti seorang hamba sahaya dan kucing saja, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani beri lebihan sisa makanan kepada anak bapak".
Maka si bapak tidak puas hati lalu ke rumah Syekh Abdul Qadir Al-Jailani.
"Wahai tuan syekh, saya menghantar anak saya kepada tuan syekh bukan untuk jadi pembantu atau dilakukan seperti kucing, saya hantar kepada tuan syekh, supaya anak saya jadi alim ulama".
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani hanya jawab ringkas saja
"Kalau begitu ambillah anakmu"
Maka si bapak tadi mengambil anaknya untuk pulang.
Ketika keluar dari rumah Syekh Abdul Qadir Al-Jailani menuji jalan pulang, bapak tadi bertanya pada anaknya beberapa hal mengenai ilmu hukum syariat. Ternyata kesemua soalannya dijawab dengan benar.
Maka bapak tadi berubah pikiran untuk kembalikan anaknya kepada tuan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani.
"Wahai tuan syekh terimalah anak saya untuk belajar dengan tuan kembali, ternyata anak saya bukan seorang pembantu dan juga diperlakukan seperti kucing". "Saya melihat ilmu anak saya sangat luar biasa bila bersamamu".
Maka jawab tuan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani
"Bukan aku tidak mau menerimanya kembali, tapi Allah sudah menutup pintu hatinya untuk menrima ilmu".
"Allah sudah menutup futuhnya untuk mendapat ilmu disebabkan seorang ayah yang tidak beradab kepada guru, maka anak yang menjadi korban".

Begitulah adab dalam menuntut ilmu. Anak, ibu, ayah, dan siapa pun perlu menjaga adab kepada guru. Betapa pentingnya adab dalam kehidupan seharian kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar